Mengenal Olahraga Padel: Perpaduan Antara Tenis dan Squash. Padel semakin mencuri perhatian di Indonesia, terutama di kalangan urban yang haus olahraga sosial dan dinamis. Di musim 2025/26, dengan turnamen Padel World Tour yang bawa ribuan peserta global, olahraga ini—perpaduan sempurna antara tenis dan squash—tumbuh pesat. Lapangan tertutup 20×10 meter dengan dinding kaca, raket padat, dan bola berlubang bikin padel unik: lebih cepat dari tenis, tapi tak sebrutal squash. Bagi pemula, padel mudah dipelajari tapi sulit dikuasai, dengan win rate pemula naik 40 persen setelah 10 sesi latihan. Ini bukan tren sementara; padel jadi gaya hidup, dari Jakarta hingga Bali. Mari kenal lebih dekat olahraga yang bikin Anda ketagihan ini, dari asal-usul hingga pesonanya di lapangan. BERITA BOLA
Sejarah dan Asal-Usul: Lahir di Meksiko, Meledak di Eropa: Mengenal Olahraga Padel: Perpaduan Antara Tenis dan Squash
Padel lahir tahun 1969 di Meksiko, ciptaan Enrique Corcuera yang modifikasi lapangan tenis rumahnya dengan dinding kaca untuk bikin permainan lebih interaktif. Ide brilian: bola bisa memantul dari dinding, mirip squash, tapi pakai raket tenis. Pada 1970-an, Corcuera bawa padel ke Argentina dan Spanyol, di mana ia meledak—Spanyol kini punya 20 ribu lapangan, terbanyak dunia. FIP (Federasi Internasional Padel) dibentuk 1991, dan sejak 2019, padel resmi olahraga Olimpiade 2028.
Di Indonesia, padel masuk 2018 via klub Jakarta, dan kini ada 50 lapangan nasional—naik 200 persen sejak 2023. Popularitasnya karena aksesibel: tak butuh lapangan luas, cocok urban. Turnamen lokal 2025 seperti Indonesia Padel Open tarik 500 peserta, tunjukkan boom ini. Asal-usul Meksiko beri nuansa Latin: padel bukan cuma olahraga, tapi pesta sosial, dengan musik dan minuman pasca-match. Ini beda dari tenis yang individual; padel selalu doubles, bikin ikatan tim lebih kuat.
Aturan Dasar dan Perbedaan dengan Tenis-Squash: Mengenal Olahraga Padel: Perpaduan Antara Tenis dan Squash
Padel dimainkan berpasangan di lapangan 20×10 meter, dikelilingi dinding kaca setinggi 4 meter belakang dan 3 meter samping—bola bisa memantul sekali dari dinding sebelum lawan pukul. Skor seperti tenis: 15-30-40-game-set-match, tapi servis underhand dari bawah pinggang, dan bola harus memantul dulu di sisi lawan. Raket padat (panjang 45 cm) tanpa senar beri kontrol lebih baik, bola berlubang kurangi kecepatan jadi 60-80 km/jam—lebih lambat dari tenis (150 km/jam).
Beda tenis: lapangan lebih kecil, dinding tambah dimensi strategi—bisa pakai bounce untuk lobs atau kill shots. Dibanding squash, padel outdoor-friendly dan tak butuh dinding penuh. Pemula sering salah: servis overhand ilegal, atau lupa bola memantul dinding hitung satu pukul. Aturan FIP 2025 tambah fleksibel: no-ad scoring di deuce untuk percepat match. Ini bikin padel inklusif—pemula menang poin dari bounce tak terduga, sementara pro seperti Juan Lebron capai smash 100 km/jam. Kuasai dasar ini, dan match 60 menit jadi petualangan seru.
Manfaat Kesehatan dan Popularitas: Olahraga Sosial yang Sehat
Padel bukan cuma fun; ia bakar 500-700 kalori per jam, tingkatkan kardio, agility, dan koordinasi—mirip HIIT tapi rendah impact. Gerak kaki lateral kuatkan lutut, kurangi risiko cedera 20 persen dibanding tenis. Di Indonesia, padel populer karena sosial: main doubles bikin bonding, cocok keluarga atau kantor. Klub seperti Padel Republic Jakarta catat 70 persen peserta pemula usia 25-40 tahun, naik 150 persen sejak 2023.
Manfaat mental: strategi dinding bikin fokus naik, kurangi stres 30 persen pasca-main. Di Eropa, padel terapi untuk lansia—gerak lambat tapi efektif. Popularitas global: 25 juta pemain di 90 negara, dengan WPT 2025 tarik 1 juta penonton TV. Di Indonesia, federasi baru bentuk 2024 dorong liga nasional. Ini olahraga inklusif—tak butuh tinggi badan, cukup raket dan semangat. Coba sekali, dan Anda paham kenapa padel disebut “tenis masa depan.”
Kesimpulan
Padel, perpaduan tenis dan squash, lahir di Meksiko dan meledak global berkat lapangan unik dan aturan sederhana. Dari sejarah Corcuera sampai manfaat kardio-sosial, olahraga ini aksesibel untuk semua—pemula naik level cepat dengan dasar servis underhand dan strategi dinding. Di Indonesia 2025/26, boom lapangan tunjukkan masa depan cerah. Ambil raket, cari partner—padel bukan cuma main, tapi gaya hidup. Lapangan tunggu bounce pertama Anda; jangan lewatkan sensasinya.
